Teori Sikap Bullish Terhadap Cryptocurrency

Teori-Sikap-Bullish-Terhadap-Cryptocurrency
Benjie Voucher - Di tahun 2017, sejumlah harga cryptocurrency telah melonjak besar – besaran. Namun, di awal tahun 2018 ini, hampir semua jenis cryptocurrency mengalami koreksi. 
Dalam perdagangan pada hari Minggu 14/1/2018, harga bitcoin turun sebesar 17,5% menjadi US$ 13.600. Angka tersebut merupakan penurunan sebesar 31,5% dari level tertingginya setelah Chicago Board Option Exchange (CBOE) dan Chicago Mercantile Exchange (CME) meluncurkan kontrak futures bitcoin.
Cryptocurrency terkemuka yang telah melakukan perjalanan layaknya “roller coaster,” telah mendapat peringatan dari para regulator bahwa investor harus waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh pasar yang volatile dan tidak adanya peraturan yang mengatur tentang token.
Penurunan dalam aset cryptocurrency dimulai pada awal tahun 2017 lalu, setelah kekhawatiran China terhadap cryptocurrency karena pencucian uang dan pelarian modal. Sementara di pekan lalu, Menteri Kehakiman Korea Selatan (Korsel), Park Sang Ki melarang perdagangan cryptocurrency di negaranya tersebut. Padahal, Korsel merupakan pasar bitcoin terbesar ketiga didunia setelah Jepang dan Amerika.
Selain itu, Beijing juga telah memerintahkan pemerintah provinsi untuk menutup tambang bitcoin, hal tersebut merupakan langkah agresif yang diambil Beijing untuk melarang transaksi dengan menggunakan mata uang digital. 
Sejumlah regulator di beberapa negara juga berusaha untuk mengatur tentang cryptocurrency, sehingga membuat “kegilaan” yang terjadi pada harga bitcoin. Namun, hal ini membuat teknologi blockchain beroperasi tanpa memerlukan perantara atau jaringan perbankan. 
Penjelasan kuat tentang fenomena bitcoin berasal dari Scott Galloway yang merupakan seorang profesor di University’s Stern School of Business dan pakar teknologi terkemuka. Galloway mengatakan bahwa cryptocurrency adalah kekacauan. Selain itu, Galloway membuat sebuah korelasi dengan menghubungkan kemenangan Trump di pilpres AS tahun lalu dengan kenaikkan 2.000% bitcoin.
Saat menghubungkan harga bitcoin dengan pemerintahan Trump yang dilanda krisis adalah proposisi yang meragukan. Namun, para kriptokus cenderung lebih terpikat dengan aset yang baru lahir karena prospek politik dan keuangan global.
Akan tetapi, saat ini banyak pemerintah dan regulator yang berusaha untuk memberantas cryptocurrency, sehingga membuat tingkat pengawasan terhadap cryptocurrency menjadi lebih ketat. 
Selain itu, Sekuritas AS, Bursa AS dan Komisi Perdagangan Berjangka dijadwalkan untuk bersaksi di depan Kongres mengenai risiko yang ditimbulkan oleh cryptocurrency karena semakin kuatnya daya tarik terhadap cryptocurrency.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kekuatan yang berada dibalik cryptocurrency tidak dapat diremehkan.

No comments

Powered by Blogger.